“JBDK – Stop Violence Dating!”

Gerakan Nasional JBDK - “Stop terhadap Pelanggaran, pornografi dan
Kekerasan dalam Hubungan Cinta antar Remaja!”


Angka kekerasan dalam Rumah Tangga semenjak krisis ekonomi Indonesia dimulai tahun 1997 naik berkali lipat. Penyebab utamanya adalah faktor ekonomi yang memicu tindakan emosional dari pelaku kekerasan dalam rumah tangga yang sebagian besar dilakukan oleh suami terhadap istri. Tidak hanya dalam relasi suami istri, kasus kekerasan dalam rumah tangga juga menimpa anak-anak dari keluarga yang bersangkutan. Mereka menjadi sasaran terhadap kemarahan yang tidak bisa tersalurkan dan membuat wanita dan anak-anak menjadi korban-korban terbesar yang tanpa daya.

Segenap upaya pemerintah untuk menanggulangi kekerasan dalam rumah tangga diwujudkan dalam Undang-Undang KDRT, Hukum Pidana dan peraturan pemerintah yang mengikat para pegawai negeri untuk tidak semena-mena dalam membina rumah tangganya. Boleh dikatakan, kasus KDRT mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius di negara ini.

Namun pernahkah kita berpikir, bahwa relasi dari hubungan lelaki dan perempuan tidak hanya dibentuk dalam lembaga pernikahan. Di dunia remaja, relasi hubungan yang diwujudkan dalam masa percintaan sebelum nikah, banyak dilakukan oleh jutaan remaja di Indonesia. Mereka menyebutnya dengan masa berpacaran, dating atau masa penjajakan sebelum masuk ke tahap serius pernikahan. Namun faktanya, terjadi kasus penyimpangan luar biasa yang melanda kehidupan dating para remaja kita.

Mungkin sudah banyak lembaga swadaya dan pemerintah yang berkonsentrasi terhadap kehidupan remaja. Tetapi tidak ada satupun lembaga yang serius menangani masalah Violence Dating (Pelanggaran Hubungan Cinta antar Remaja). Masa berpacaran yang dilakukan remaja tingkatan SMP, SMA hingga Universitas dipandang sebagai sesuatu yang belum serius dan tidak perlu memerlukan perhatian yang khusus. Padahal, setiap tahun, terdapat data-data yang mengkhawatirkan, hasil dari Violence Dating dengan korban terbesar anak remaja Indonesia. Data-data buruk tersebut antara lain :

  • 1.5 juta aborsi dilakukan oleh para remaja (dari total data 2.4 juta) per tahun.
  • 500+ video porno buatan remaja dibuat pada kurun waktu 2004-2007. Setiap hari, 2 video porno terbaru buatan remaja Indonesia tersebar lewat Internet dan handphone (data gerakan JBDK).
  • Angka hamil di luar nikah yang berujung pada pernikahan dini, melanda seluruh daerah di Indonesia. Minimal, setiap tahun, di setiap Sekolah Menengah Umum seluruh Indonesia, ada kasus 1 kehamilan yang dialami para siswanya.
  • Kota-kota tempat tujuan mahasiswa, menjadi daerah yang rawan terhadap kasus violence dating. Para mahasiswa perantauan, rentan terhadap gaya hidup bebas yang beresiko terhadap Sex Abuse dan Sex Violence.
  • Kekerasan dalam Hubungan Cinta pasangan Pelajar dan Mahasiswa, sering dirahasiakan dan jarang dijadikan persoalan hukum. Akibatnya, Violence Dating menjadi fenomena terpendam yang berpotensi besar menghancurkan masa depan kaum putri (korban terbesar dari violence Dating).
  • Efek dari Violence Dating merambah ke masalah kriminal, penyalah gunaan obat (Drugs dan Narkoba) hingga mencapai masalah penyimpangan seksual dan pornografi.

Kesadaran terhadap Violence Dating dan efek negatif yang ditimbulkannya harus dijadikan sebuah wacana di kalangan remaja. Kaum remaja wanita hendaknya berani untuk bersaksi, bercerita dan berbagi tentang segala hal penyimpangan dalam hal dating. Kaum pria remaja hendaknya sadar terhadap dominasi selama ini telah menimbulkan efek kekerasan atas nama cinta. Perilaku agresif, obsesif, kompulsif dan seduktif akan meminta korban yang selama ini dipaksa untuk diam. Kehidupan cinta di masa remaja adalah pondasi kehidupan berikutnya bagi pasangan hidup. Sebab Cinta tidak memerlukan kekerasan untuk dinyatakan. Sebab kita harus melawan, ketika kehidupan cinta di usia remaja berubah menjadi sebuah pelanggaran. Saatnya remaja berbicara tentang kehidupan cinta mereka. Agar tidak terjadi kekerasan berikutnya di masa depan.

Apa yang harus dilakukan?

Hal yang pertama adalah kita harus membuat Resource dan Research Center dengan menggunakan pusat pergerakan di dunia internet dan membuka line telephone untuk mendapatkan masukan dari masyarakat tentang masalah Violence Dating. Research Center bertugas mengumpulkan berbagai data dan wacana masalah Violence Dating yang terjadi dalam skala lokal dan internasional. Berbagai tools dan wacana Violence Dating telah lama dikembangkan di Amerika Serikat, kita dapat belajar dari cara mereka menanggulangi problem remaja secara nasional. Fokusnya membentuk gerakan yang concern di bidang violence dating dan edukasi terhadap remaja, pelajar dan mahasiswa.

  1. Membuat buku wacana Violence Dating versi Indonesia yang dipersiapkan untuk disebarkan ke masyarakat umum. Buku tersebut dapat menjadi wacana orang tua dan remaja, menggambarkan fakta, data sekaligus solusi sederhana menghadapi masalah Violence Dating.
  2. Menyebarkan pesan dan kampanye dialogis terhadap wacana Violence Dating kepada para pelajar dan mahasiswa. Dengan cara turun langsung ke sekolah-sekolah dan kampus mahasiswa.
  3. Menggandeng media massa cetak dan elektronik, bersama-sama membentuk wacana penanggulangan Violence Dating menjadi sebuah wacana publik. Menghadirkan berbagai macam artikel dan berita terhadap masalah tersebut dan mengajak berbagai macam pihak untuk bersama menyelesaikan masalah.
  4. Membangun Peer to Peer, Focuss Group Discussion dan para relawan yang memberikan pencerahan terhadap masyarakat.
  5. Menyelenggarakan berbagai macam event dan mengkritisi hari-hari genting yang sering menjadi puncak terjadinya Violence Dating (Hari Valentine, Hari Libur Sekolah dan kampus, Malam Tahun Baru)
Sony Set
0818 936 046
Delta Group
(031) 70444333
081 33000 4499
"JBDK - Stop Violence Dating!"