Bersamaan dengan ramainya kasus lagu Sayang-Sayange yang digunakan untuk Jingle Promo pariwisata Malaysia itu, muncul kembali suatu kata yang saya sangat gerah mendengarnya. Baik itu diucapkan oleh orang Malaysia atau (sayangnya) oleh orang Indonesia sendiri. INDON, iya indon. Potongan kata yang ditujukan untuk memanggil orang Indonesia di kalangan warga Malaysia.

Kata “Indon” mulai menjadi populer di Malaysia ketika media sana menyiarkan berita mengenai perbuatan kriminal yang dilakukan orang Indonesia. Misalnya, “Mafia Indon Mengganas” atau “PRT Indon Menculik Anak”. Lambat laun, persepsi orang terhadap “Indon” tidak lagi bagus (atau setidaknya netral) melainkan jelek. Seorang teman pernah bercerita, “Indon” artinya mirip “Preman” di sini. Anak yang nakal akan dimarahi, “Mau jadi apa kamu nanti? Mau jadi indon?”

Tapi tetap, menolak kata “Indon” sebab ia berkonotasi kriminal dan buruk adalah sebuah langkah aneh. Pertama, kata “Indon” tidak berarti apa-apa. Sepanjang kata itu tidak ring a bell di kepala saya, saya sih santai saja. Ini sama seperti kita dipanggil “xeslgh@%#sd;ai”. Tak ada arti, mana bisa ada konotasi.

Sumber : Berkala ITB ; Judul : “Indon (esia!)”

Intinya dari artikel itu, adalah menganggap biasa panggilan ini, hanya perkara konotasi saja. Makna konotatif. Selesai. Dan sayang seribu sayang, kolom komentar ditutup. Oke, saya tidak akan membahas orang Indonesia macam penulis di artikel itu yang membiarkan bangsanya sendiri direndahkan dengan panggilan seperti itu. Terlepas dari masalah apakah itu makna negatif atau positif.

Tapi buat saya pribadi, panggilan ini merendahkan. Men-cap jelek bangsa Indonesia dengan panggilan semau mereka. Silahkan gunakan fasilitas mesin pencari untuk melihat bagaimana kata indon ini digunakan oleh warga negara tetangga itu. Meskipun beberapa pakar bahasa menyatakan bahwa itu hanya pemenggalan kalimat biasa seperti yang kita lakukan sehari-hari. Namun saya melihat ada sebuah kebencian dan pelecehan di balik kata-kata itu.

Sekali lagi, saya menganjurkan bagi anda untuk tidak menggunakan kata ini. Biarkan mereka saja yang berkelakuan demikian. Setidaknya kita bisa melihat dari ungkapan itu betapa rendah rasa menghargai terhadap sesama manusia yang ditunjukkan oleh mereka. Kalau kita masih menggunakan kata “indon” untuk menyebut orang Indonesia, apa bedanya kita dengan mereka? Memangnya susah ya menambahkan kata -esia dibelakang kata Indon?

Saya cuma bilang, orang Indonesia jangan ikut-ikutan orang2 bodoh itu panggil Indon, ya!